Marak Isu Kesehatan Mental Selama Pembelajaran Jarak Jauh, benarkah?

Menyikapi Pembelajaran Jarak Jauh 

   

Pada masa pendemi semua hal mengalami perubahan. 

    Semua mengalami dampak dari perubahan yang relatif cepat ini, semua hal dipaksa untuk mengubah segalanya menjadi kebiasaan baru yang harus diterapkan sehari-hari. Mengubah pola pikir, cara pandang, dan bagaimana kita melakukan sesuatu. Segala sesuatu harus dipikirkan dengan baik, apakah perlu keluar rumah atau tidak, apakah bisa pertemuan dilakukan secara daring atau lebih baik kegiatannya ditunda, atau apakah perlu kita sebagai manusia masih bisa tetap bersikap egois dalam memandang sesuatu.

    Pembelajaran jarak jauh merupakan solusi untuk situasi pendidikan yang terjadi saat ini, tetapi juga mendatangkan masalah-masalah baru. Masalah utama yang sering ditemukan dalam PJJ ini yaitu, sinyal internet yang menjadi sangat penting agar bisa berhubungan dengan pengajar secara daring. Bukan hanya itu, masalah yang muncul lainnya yaitu tidak semua keluarga memiliki media pembelajaran yang mumpuni seperti ponsel pintar maupun laptop. 

    Cukup menyedihkan jika hanya karena sinyal, fakta lainnya para pelajar kurang menyerap apa yang dijelaskan guru. Jika karena sinyal, para pelajar terpaksa untuk tidak bisa mengikuti pembelajaran hal itu sangat disayangkan. Tentu saja opini yang berkembang saat ini yaitu jika ingin mendapatkan ilmu, pelajar harus mempunyai alat pembelajaran yang mumpuni.


Stres akademik yang dialami pelajar

    Dampak virus corona telah melumpuhkan berbagai kegiatan termasuk diantaranya adalah kegiatan belajar mengajar, pembelajaran pun tidak dilakukan secara tatap muka melainkan dengan pembelajaran jarak jauh. Akibatnya timbul beberapa problematik yang dialami baik guru ataupun pelajar, seperti kurangnya akses intenet, perangkat yang digunakan tidak memadai, pelajar kurang memahami materi yang diajarkan guru, cara penyampaian materi oleh guru yang terlalu monoton dan membosankan, hingga lingkungan yang kurang kondusif untuk belajar. Sehingga pelajar merasa terbebani dalam belajar.

    Stres yang dirasakan kalangan pelajar semakin menggejala sejak munculnya pandemi ini. Dengan menunjukkan sebuah studi bahwa bidang akademik merupakan sumber utama stres pada generasi muda saat ini. Stres akademik ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti beban tugas yang besar, terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari, keharusan seorang pelajar untuk berprestasi dalam akademik, tekanan orang tua yang diperkuat tuntutan akademik, kebijakan sekolah/perguruan tinggi, dan pengaruh teman sebaya. Selain itu juga faktor lainnya seperti, kondisi kelas, sumber-sumber yang ada di suatu tempat pendidikan tidak mendukung untuk meraih prestasi, dan faktor budaya yang ada di masyarakat.


Survei tentang PJJ terhadap kesehatan mental

Image by Total Shape from Pixabay 

    

    Adapun penyebab stres akademik ini dikelompokan menjadi dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. 

  • Faktor internal diantaranya adalah pola pikir, keyakinan, dan kepribadian. 
  • Faktor eksternal adalah pelajaran lebih padat, tekanan untuk berprestasi tinggi, dorongan status sosial, dan juga orang tua yang lebih memaksakan kehendaknya sendiri dibandingkan melihat potensi atau kemampuan anak. 


    Survei yang dilakukan oleh Ruang Peduli Kesehatan Mental volume I terhadap 638 responden yang terdiri dari 35% pria dan 65% wanita pun menunjukan bahwa tekanan untuk melakukan sesuatu diakibatkan oleh pengaruh orang tua sebesar 38% kemudian disusul oleh pengaruh orang lain sebesar 30%, guru 14%, teman 13% dan terakhir saudara 5%. Dengan demikian orang tua merupakan salah satu faktor anak merasa tertekan.

    Sementara itu survei yang dilakukan oleh Komisi Pelindungan Anak Indonesia yang melibatkan 20 provinsi dan 54 kabupaten/ kota dengan 1.700 reponden menunjukan bahwa 73,2% terbebani tugas dan 77,8% siswa kelelahan mengerjakan tugas yang dituntut guru untuk dikerjakan dalam waktu singkat. Maka tebukti bahwa mayoritas pelajar mengalami stres akademik akibat pembelajaran jarak jauh. Jika stres akademik ini dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan lebih lanjut maka akan berakibat pada gangguan psikologis diantaranya seperti rasa cemas, gelisah, sedih bahkan depresi yang berujung pada bunuh diri. Selain itu, gangguan fisik seperti sakit kepala, sakit punggung, tidur tidak teratur hingga gangguan pencernaan

 

Mewujudkan suasana positif bagi para pelajar


Selama menerapkan PJJ di rumah, timbul juga perasaan terisolasi dalam diri siswa maupun mahasiswa ini karena mungkin terikat beberapa larangan serta batasan. Beberapa langkah oleh generasi milenial itu sendiri dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental selama PJJ di antaranya:

  1. Pertama, mengenali emosi. Arti disini adalah apabila para pelajar ini mampu mengenali emosi yang timbul dan mengekspresikannya kepada orang lain dengan jujur.
  2. Kedua, pola hidup sehat. Menjaga pola hidup sehat dengan makan sehat, tidur cukup, olahraga, dan buat jadwal teratur. Itu membantu sekali untuk meningkatkan kesehatan mental kita karena badan dan pikiran yang sudah bekerja dengan keras butuh dijaga kesehatan nya.
  3. Ketiga, jangan malu konsultasi. Tidak masalah jika harus mencari bantuan karena secara harfiah manusia memang makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan memiliki naluri meminta tolong dengan orang terdekatnya. Sehingga, dengan berusaha terbuka ketika mereka mengalami kesulitan akan membuat mereka tidak merasa stres yang tertekan dan terpendam. Dengan melakukan keterbukaan ini menjadikan kepercayaan anak kepada orang tua karena merasa ada orang lain yang bisa mengerti perasaan mereka selama menjalani PJJ ini.

Ketiga poin utama tersebut yang diharapkan bisa diterapkan para pejuang akademik. Perlu adanya pembekalan bagi para pelajar selama menjalani PJJ ini supaya mengenali emosi diri yang berguna untuk menjamin kesejahteraan psikologis diri mereka.

 

Peran penting orang tua


Namun, bukan hanya para pelajar yang harus berusaha bertahan dalam situasi ini, tentunya peran orang tua juga dalam upaya mendukung keberlangsungan PJJ, sedikitnya terdapat tiga upaya yang harus dilakukan oleh setiap orang tua siswa, seperti:

  1. Pertama, memberikan rasa nyaman dan aman. Arti disini adalah setiap orang tua siswa harus membantu seoptimal mungkin kepada anaknya sehingga mereka dapat melaksanakan PJJ dengan aman dan nyaman. Terciptanya suasana ini sangat perlu dilakukan supaya mereka tidak dihantui dengan ketakutan akan kesehatan dan keselamatan mereka selama di rumah. Orang tua harus bisa mengedepankan kenyamanan dan kehangatan situasi di rumah karena ada anak mereka yang harus beradaptasi dengan keseharian belajar di rumah. Dengan demikian, fokus anak akan tertuju pada kemampuan menyerap materi pembelajaran dengan suasana yang senang tanpa merasa ada gangguan yang orang tua bebankan kepada mereka selama di rumah.
  2. Kedua, memberikan semangat secara terus-menerus. Dengan pemberian semangat orang tua kepada anak secara terus-menerus ini mencegah anak akan kemungkinan mereka merasa bosan. Ketika rasa bosan lahir inilah yang membuat anak menjadi ingin melepas tanggungjawab mereka dengan akademik nya. Oleh sebab itu, sosok orang tua inilah harus bisa memposisikan diri menjadi seseorang yang memberi stimulan yang akan memunculkan semangat belajar dari setiap anaknya.
  3. Ketiga, intensitas komunikasi orang tua dengan anak. Orang tua sudah seharusnya melakukan keterbukaan komunikasi dan bisa menolong anaknya apabila mengalami masalah dalam PJJ ini dan membantu juga dalam mencari solusi untuk anaknya supaya mereka merasa ada orang tua yang bisa dihandalkan.



    Pembelajaran jarak jauh sebenarnya tidak akan menjadi sebuah masalah apabila setiap peran saling mengetahui, sadar, dan peduli tentang pentingnya sebuah pendidikan akademik yang sedang diperjuangkan oleh seorang pelajar tersebut. Kontribusi dukungan dari orang tua sangat berarti untuk kenyamanan dan keamanan sang anak supaya tetap bersemangat dalam menuntut ilmu. Selain itu, seharusnya pemerintah juga dalam situasi pandemi seperti ini dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh membuat kemudahan untuk para pejuang akademik, memberikan solusi terhadap masalah yang datang, dan menjadi fasilitator yang sigap dengan masalah akademik di Indonesia. 


    Akhir kata, tetap berdoa memohon kepada Allah SWT semoga wabah ini dapat segera berakhir agar kita semua dapat melakukan berbagai aktivitas seperti sedia kala, serta pandemi ini bisa menjadi titik pacu dan pembelajaran bagi bangsa supaya bisa mengembangkan berbagai hal terutama teknologi dalam pendidikan bisa menjadi lebih efetif dan optimal.



Nama   : Shafa Aulia Pratomo

NIM     : 1709620081

Prodi    : Pendidikan Administrasi Perkantoran

Kelas    :  A




Artikel telah diposting di Dunia Kampus 4.0 https://www.duniakampus40.net/

Comments

Post a Comment

ANGGOTA

ads

ads

ads