Efek Pembelajaran Daring

        Seperti yang kita ketahui saat ini, bahwa Indonesia sedang berada pada masa yang sulit. Masa semua aktivitas dilakukan secara daring atau online. Karena, Indonesia tengah mengalami pandemi akibat virus Covid-19 yang sudah berlangsung sekitar 5-6 bulan belakangan ini dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk mengobati virus tersebut. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan semua warga negara Indonesia untuk tetap berkegiatan di rumah saja. Seperti, para karyawan yang biasanya bekerja di kantor sekarang menerapkan Work From Home (WFH) dan para murid serta guru yang biasanya melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah sekarang menjadi belajar jarak jauh di rumah atau sekolah secara daring/online.

Berbicara tentang sekolah, pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran secara masif. Proses pembelajaran yang seharusnya dilaksanakna secara tatap muka sekarang berubah menjadi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. Sejumlah daerah telah memberlakukan penutupan sekolah dan menerapkan pembelajaran jarak jauh, hal ini dilakukan dalam rangka meminimalisasikan cepatnya penyebaran virus Covid-19 di klaster pendidikan atau sekolahan. Kebijakan penutupan tersebut sebagai respon terhadap kebijakan dan imbauan pemerintah untuk melakukan social distance (jaga jarak).

Sistem pembelajaran jarak jauh memang tidak seefektif seperti sistem tatap muka. Apalagi, di tengah kondisi darurta seperti saat ini. Banyak hal yang perlu dipesiapkan dengan baik agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan optimal. Misalnya, infrastruktur seperti jaringan internet yang memadai. Untuk masalah ini, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan, pemerintah bekerja sama dengan swasta dituntut untuk benar-benar memastikan fasilitas jaringan sudah tersedia dengan baik dan merata.


Image by Pintera Studio from Pixabay


Tetapi, dukungan dari fasilitas saja tidaklah cukup. Pemerintah bersama Kemendikbud juga perlu memastikan konten materi yang disiapkan juga memadai dan tidak keluar dari standar yang sudah ditetapkan. Sehingga, walaupun di tengah kondisi seperti saat ini, apa yang dipelajari para murid tidak ketinggalan atau bahkan keluar dari substansi materi pembelajaran yang seharusnya. Ada tuntutan yang justru lebih sulit dari itu, yaitu kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan para murid. Kesiapan SDM dan para murid ini mutlak diperlukan. Sebab tidak ada gunanya infrastruktur dan fasilitas yang memadai jika para pengguna atau SDM seperti guru dan murid tidak siap menjalankannya.

Bahkan hampir seluruh murid merasa bahwa dirinya tidak siap dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh ini. Hal ini terjadi sebab oleh beberapa faktor, yaitu 1) tidak adanya kebiasaan melakukan pembelajaran jarak jauh dan ini merupakan hal baru buat mereka sehingga timbul rasa kurang puas, cemas, dan merasa seolah dirugikan. Mengapa demikian ? karena menurut hasil survei atau fakta di lapangan, kegiatan pembelajaran jarak jauh terkadang keluar dari konteks pembelajaran dan juga tidak mengenal waktu, yang mengakibatkan terjadinya penumpukan tugas dan deadline yang hampir bersamaan, dengan kata lain, seorang siswa diibaratkan sebagai robot yang difungsikan tak kenal lelah. Jika robot tersebut terus dipakai dan dipaksa tanpa mengenal waktu, maka ia akan rusak. Begitu pula dengan para murid, semakin banyak tugas yang diberikan, maka akan berakibat fatal dari segi fisik dan juga mental. 2) Indonesia ini luas dan juga terbagi dalam beberapa kasta ekonomi, tidak semua anak di Indonesia mampu memiliki smartphone ataupun laptop sebagai sarana untuk belajar. Lalu, tidak semua wilayan di Indonesia memiliki jaringan yang support untuk melakukna pembelajaran jaarak jauh, seperti di desa-desa atau perkampungan, mereka harus rela menempuh jarak berkilo-kilo meter untuk mendapatkan jaringan yang stabil untuk proses pembelajaran.

Dengan dorongan keputusan yang dibuat pemerintah dan juga kemendikbud untuk melakukan pembelajaran jarak jauh ini banyak menimbulkan efek negatif. Contohnya, seorang bapak tega dan nekat menjadi pencuri hanya untuk membelikan telepon genggam demi memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Dari contoh kasus tersebut, kita dapat mengetahui bahwa keputusan yang diambil pemerintah bukanlah satu-satunya jalan yang tepat dan akurat untuk mengatasi terhambatnya proses belajar mengajar akibat pandemi virus Covid-19.

Sebaiknya, pemerintah bersama Kemendiknud harus segera merevisi peraturan atau kebijakan mengenai proses pembelajaran jarakj jauh ini. Dengan memerhatikan rakyat kecil. Agar tidak terjadi kesenjangan sosial yang berujung tindak kriminal. Selain itu, pemerataan jaringan internet guna melancarkan proses pembelajaran, supaya tujuan dari pembelajaran tersebut bisa terwujudl. Serta, tidak hanya membenahi koneksi jaringan, pemerintah harus mengawasi tenaga pendidik yang memberikan pengajaran kepada siswa. Hal ini diperlukan agar proses belajar dan mengajar berjalan sesuai standar kurikulum yang ada.


Comments

ANGGOTA

ads

ads

ads